PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
MAKALAH
“INTEGRASI KURIKULUM IMTAQ & SAINS DI SMA”
Disusun Oleh :
Y A N
D A D I N A T A
NPM.1222010071
PROGRAM PASCA SARJANA
Jurusan Ilmu Tarbiyah Prodi Pendidikan
Agama Islam
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang sangat ringkas ini yang
berjudul “Integrasi Kurikulum Imtaq (Keimanan dan ketaqwaan) dan Sains di
Sekolah Menengah Atas (SMA)” ini. Makalah ini merupakan tugas mandiri penulis
selaku Mahasiswa Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung, makalah ini
insya Allah akan penulis paparkan (prosentasikan) dalam acara perkuliahan pada
mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan dosen
pengampu yaitu ; Dr. Agus Fahruddin, MA.
Dalam
makalah ini yaitu membahas integrasi kurikulum yang memadukan mata pelajaran
agama (imtaq) dengan sains ini ialah merupakan sebuah model yang mencoba
mengembangkan kirikulum sains (mata pelajaran umum) yang telah ada menjadi
sebuah model kurikulum yang memadukan materi sains (ilmu pengatahuan umum)
dengan materi imtaq (ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keislaman baik yang
terdapat dalam mata pelajaran agama Islam maupun dari sumber lainnya). Dengan
tujuan (1) menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa, dimana dalam
pelajaran yang disajikan disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu; (2)
dapat menambah interes dan minat siswa terhadap adanya hubungan antara berbagai
bidang studi; (3) pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih mendalam dengan
penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang studi; (4) adanya kemungkinan
untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional; (5) lebih mengutamakan
pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
Akhirnya,
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi
dan umumnya kepada rekan-rekan mahasiswa. Kritik dan saran yang konstruktif
sangat penulis harapkan khususnya dari Bapak dosen dan umumnya kepada seluruh
rekan mahasiswa.
Bandar Lampung, November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ……………………………….………………………………….i
Daftar
Isi …………………………………………………………………………ii
A.
Pendahuluan
……………………………………………................................1
B.
Pembahasan
1. Pengertian
Integrasi Kurikulum …………………………………………..2
2. Korelasi
Kurikulum ……………………………………………………….2
3. Klasifikasi
Pengintegrasian Tema ………………………………………...3
4. Karakteristik
Integrasi Pembelajaran ……………………………………..4
5. Langkah-langkah
(Sintaks) Integrasi Pembelajaran ………………………5
6.Proses
Integrasi Kurikulum Imtaq (Kurikulum Agama) dan Sains di
Sekolah Menengah Atas (SMA)
………………………………………….6
C.
Kesimpulan
………………………………..………………………………..10
Daftas
Pustaka
INTEGRASI KURIKULUM IMTAQ DAN SAINS
DI SMA
A. Pendahuluan
Upaya
penyelesaian persoalan dikotomi kurikulum dalam pendidikan Islam sesungguhnya
telah banyak dilakukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Rahman (1982:130-131),
atas dasar pengamatannya terhadap konsep dan praktek pendidikan di berbagai
negara Islam, secara garis besar ada dua cara yang umumnya dilakukan: Pertama, dengan menerima ilmu
pengetahuan (sains) modern yang sekuler sebagaimana telah berkembang secara umum
di Barat dan dicoba untuk mengislamkannya
dengan cara mengisinya dengan konsep-konsep tertentu dari Islam. Kedua, dengan cara menggabungkan atau
memadukan ilmu pengetahuan modern dengan ilmu pengetahuan keislaman yang
diberikan secara bersama-sama di suatu lembaga pendidikan Islam[1].
Pendidikan sekarang ini dihadapkan pada
problem parsialisasi atau fragmentasi. Parsialisasi atau fragmentasi itu
terutama terjadi dalam tiga hal: hakekat manusia (peserta didik dan tujuan
pendidikan), kurikulum dan ilmu pengetahuan. Pertama, parsialisasi dalam memandang peserta didik dan tujuan
pendidikan. Anak didik dipandang sebagai sosok manusia yang memiliki
kepribadian secara utuh (integral),
melainkan (seakan) terdiri dari berbagai unsur komponen yang berdiri sendiri.
Parsialisasi kedua adalah cara
pandang terhadap kurikulum. Sekolah lebih mengutamakan kurikulum formal (formal curriculum) yaitu sebagaimana yang ada dalamsi silabi dan buku
paket. Ketiga parsialisasi juga
terjadi dalam memandang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dikapling-kapling
secara ekstrim antara satu dengan lainnya seakan terpisah dan tidak memiliki
keterkaitan[2].
B.
Pembahasan
1.
Pengertian Integrasi kurikulum (Integrated
Curriculum)
Secara istilah, integrasi memiliki
sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua objek atau
lebih (Wedawaty, 1990:26). Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan
oleh Poerwardarminta (1997:326), integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satu
kebulatan atau menjadi utuh.
Selanjutnya, pengertian integrasi yang dikemukakan oleh Wedawaty, dalam Darwin, (2001:16), adalah
perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua objek atau lebih. Dalam integrated curriculum, pelajaran
dipusatkan pada suatu masalahat au topic tertentu, misalnya suatu masalah
dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topic tertentu.[3]
2. Korelasi
Kurikulum (Correlated Curriculum)
Correlated curriculum adalah suatu
bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memerhatikan ciri
(karakteristik) tiap bidang studi tersebut. Hubungan (korelasi) antara mata
pelajaran tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain :
1)
Insidental, artinya secara kebetulan
ada hubungan antara mata pelajaran yang
satu dengan mata pelajaran lainnya. Sebagai contoh: bidang studi IPA (baca
Sains) jugadi singgung tentang geografi, anthropologi, dan sebaginya.
2)
Hubungan yang lebih erat. misalnya, suatu pokok permasalahan yang di
berbincangan dalam bebagai bidang studi.
3)
Batas mata pelajaran di satukan dan di fungsikan, yaitu dengan menghilangkan
batasan masing-masing mata pelajaran tersebut, di sebut dengan Broad Field.[4]
3.
Klasifikasi Pengintegrasian Tema
Pembelajaran terpadu di bedakan
berdasarkan pola pengintegrasikan materi atau tema.secara umum pola
pengintegrasian materi atau tema pada model pembelajaran terpadu tersebut dapat
di kelompokkan menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yakni
Pertama, pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu. Kedua, pengintegrasian
beberapa disiplin dalam ilmu pengintegrasian di dalam dan beberapa disiplin ilmu.
a)
Pengintegrasian di Dalam Satu Disiplin Ilmu
Model ini
merupakan model pembelajaran terpadu yang mentautkan dua atau lebih bidang ilmu
yang serumpun. Misalnya di bidang ilmu
alam,mentautkan antara dua tema dalam fisika yang dan biologi yang memiliki
relevansi atau antara tema dalam kimia dan fisika.misalnya, tema metabolise
dapat di tinjau dari biologi maupun kimia.begitupun dengan tema-tema yang
relevan pada bidang ilmu social seperti antara sosiologi dan geografi. Jadi,
sifat perpaduan dalam model ini adalah hanya dalam satu rumpun bidang ilmu saja
(interdisipliner).
b)
Pengintegrasian Beberapa Disiplin Ilmu
Model ini
merupakan model pembelajaran terpadu yang mentautkan antar disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya antara
tema yang ada dalam bidang ilmu social dengan bidang ilmu alam. Sebagai contoh
tema energy merupakan tema yang dapat dikaji dari bidang ilmu yang berbeda,
baik dalam bidang ilmu social (kebutuhan energy dalam masyarakat) maupun dalam
bidang ilmu alam (bentuk-bentuk energy
dan teknologinya).
c)
Pengintegrasian di Dalam Satu dan Beberapa
Disiplin Ilmu
Model ini
merupakan model pembelajaran terpadu yang paling kompleks karena menautkana
antar disiplin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda.[5]
4. Karakteristik Integrasi Pembelajaran
Menurut Dekdikbud (1996:3),
pembelajaran terintegrasi atau terpadu sebagai suatu proses yang mempunyai
beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan
aktif.
a)
Holistik, yaitu suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
b)
Bermakna, yaitu pengkajian fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang
dijelaskan diatas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar
konsep-konsep yang berhubungan yang disebut schemata. Hal ini akan berdampak
pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari110
c)
Otentik, yaitu pembelajaran terpadu (integratedi)
memungkinkan siswa memahami secara langsung dari prinsip dan konsep yang ingin
dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung.
d)
Aktif, yaitu pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna
tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat,minat,
dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.[6]
Karakteristik integrasi pembelajaran
atau sering di sebut pembelajaran terpadu, memiliki korelasi yang erat dengan
karakteristik siswa. Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang
melekat pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian,
dan sebagainya. Karakteristik yang amat kompleks tersebut harus juga dijadikan
pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Tanpa
mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut, maka penerapan strategi
pembelajaran tertentu tidak bisa mencapai hasil belajar yang maksimal.[7]
5.
Langkah-Langkah (Sintaks) Integrasi Pembelajaran
Pada
dasarnya langkah-langkah (sintaks) integrasi pembelajaran atau disebut juga
pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model
pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap evaluasi (Prabowo, 2000:6). Berkaitan dengan itu, maka sintaks model
pembelajaran seperti model pembelajaran langsung (direct instructions), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), maupun model
pembelajaran berdasarkan masalah (problem
based instructions).
1. Tahap Perencanaan
a)
Menentukan Jenis Mata Pelajaran dan Jenis Keterampilan yang dipadukan
b)
Memilih Kajian Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
c)
Menentukan Sub Keterampilan yang Dipadukan
d)
Merumuskan Indikator Hasil Belajar
e)
Menentukan Langkah-Langkah Pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Prinsip
utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu (integrated), meliputi: pertama,
guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran. Kedua, pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerja sama kelompok; dan ketiga,
guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam proses perencanaan Depdiknas (1996:6)
3. Tahap Evaluasi
Tahap
evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996:6),
hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran[8].
6. Proses Integrasi
Kurikulum Imtaq (Kurikulum Agama) dan Sains
di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Dalam Al-Qur’an, kualitas
kepribadian disebut dengan muttaqin (manusia yang senantiasa bertaqwa kepada
Allah). Kualitas ini akan di capai, apabila manusia dapat menjalankan fungsi
kemanusiaannya sebagai Abdullah dan sekaligus sebagai khalifah ideal. Di
lingkungan pendidikan Islam, perumusan prototype manusia ideal ini sepertinya
belum dirumuskan secara tuntas, batas yang sangat abstrak dan normative, yaitu
pada bentuk pemenuhan kewajiban ritual individualistik. Padahal dalam
Al-Qur’an, taqwa mengandung implikasi pemenuhan kewajiban kemanusian secara
universal. [9]
Adapun proses integrasi kurikulum
Imtaq yang merupakan bagian dari kurikulum PAI harus dikembangkan dalam program
atau ide-ide, ide kurikulum bisa berasal dari :
a)
Visi yang dicanangkan
b)
Kebutuhan stakeholders (siswa,
masyarakat, pengguna lulusan), dan kebutuhan untuk studi lanjut.
c)
Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan ipteks dan
zaman
d)
Pandangan-pandangan para pakar dengan berbagai latar belakangnya
e)
Kecenderungan era globalisasi, yang menuntut seseorang untuk memiliki etos
belajar sepanjang hayat, melek social, ekonomi, politik, budaya dan teknologi.[10]
Di dalam kurikulum dikenal lima macam Broad Field, yaitu sebagai berikut:
a)
Ilmu
Pengetahuan Sosial, peleburan dari mata pelajaran ekonomi, koperasi, sejarah,
geografi, akuntansi, dan sejenisnya.
a)
Bahasa,
peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,
menyimak, sastra, apresiasi, dan pengetahuan bahasa.
b)
Ilmu
Pengetahuan Alam, peleburan dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia,
astronomi (IPBA), dan kesehatan.
c)Matematika,
peleburan dari aljabar, aritmetika, geometri, dan statistic.
d)
Kesenian,
peleburan dari seni tari, seni musik, seni suara, seni lukis, seni pahat, dan
seni drama.
Bentuk
Broad field curriculum memiliki
kelebihan, antara lain: (1) menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada
siswa, dimana dalam pelajaran yang disajikan disoroti dari berbagai bidang dan
disiplin ilmu; (2) dapat menambah interes dan minat siswa terhadap adanya
hubungan antara berbagai bidang studi; (3) pengetahuan dan pemahaman siswa akan
lebih mendalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang studi; (4)
adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional; (5)
lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
Selain
kelebihan-kelebihan tersebut, broad field
curriculum juga memiliki beberapa
kelemahan, antara lain: (1) bahan yang disajikan tidak berhubungan secara
langsung dengan kebutuhan dan minat siswa, demikian juga masalah-masalah yang
dikemukakan tidak berkenaan secara langsung dengan kehidupan sehari-hari yang
dialami siswa; (2) pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang
sistematis pada berbagai mata pelajaran; (3) urusan penyusunan dan penyajian
bahan tidak secara logis dan sistematis; (4) kebanyakan di antara para guru
tidak atau kurang menguasai antar disiplin ilmu sehingga dapat mengaburkan
pemahaman siswa[11].
Secara
konsepsional mulai dari kurikulum 1975 hingga lahirnya kurikulum 1994 dan
bahkan dalam kurikulum KBK 2004 dan KTSP
2006, dikotomisasi ilmu pengetahuan umum dan agama madrasah telah dihilangkan
melalui pemberian ilmu pengtahuan umum dan ilmu pengatahuan keagamaan kepada
siswa secara bersamaan. Akan tetapi, jika ditelusuri lebih jauh, penyatuan
tersebut masih belum memenuhi apa yang sebenarnya diharapkan. Hal itu ditandai
dengan masih adanya konsep dan desain kurikulum yang terpisah antara ilmu
pengetahuan umum dan agama (sparated subject matter curriculum). Dalam
hal itu, antara mata pelajaran umum dengan mata pelajaran agama tidak didesain
secara terintegrasi. Lebih khusus lagi dalam hal itu, konsep dan desain
kurikulum mata pelajaran umum (seperti biologi, Fisika, Kimia) tidak atau masih
belum mengintegrasikan imtaq di dalamnya[12].
Sebenarnya upaya untuk mengatasi
persoalan di atas pernah dilakukan oleh pemerintah. Dalam rangka upaya itu, di
antaranya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI telah menerbitkan 'Naskah
Keterkaitan 10 Mata Pelajaran Umum di SMU dengan Imtaq' (Depdikbud, 1996), yang
juga diberlakukan di MA sebagai Sekolah Umum yang berciri khas Islam. Dalam
naskah tersebut setiap materi pelajaran sains diberi materi landasan imtaq
berupa ayat-ayat Qur`an dan Hadist yang dapat digunakan sebagai pedoman dan
acuan bagi guru mata pelajaran umum dalam rangka integrasi sains dan imtaq.
Akan tetapi usaha itu ternyata tidak bisa berjalan sesuai dengan harapan,
khususnya di MA[13].
Sementara itu, Azra (1999: 40)
menilai kegagalan implementasi konsep kurikulum lebih disebabkan oleh karena
upaya penyelesaian yang dilakukan tidak bersifat mendasar dan dilakukan secara
ad-hoc (sementara), parsial, serta bersifat involutif. Untuk itu, menurutnya
(1999:29 dan 41), perlu adanya suatu bentuk penyelesaian yang bersifat
mendasar, yang tidak sekedar perubahan-perubahan yang hanya memunculkan
kerumitan-kerumitan baru daripada terobosan yang betul-betul bisa
dipertanggungjawabkan baik dari segi konsep maupun visibilitas, kelestarian dan
kontinuitasnya. Sehubungan dengan itu, menurutnya perlu adanya peninjauan ulang
terhadap ilmu-ilmu empiris (umum) yang diajarkan di madrasah dari segi
epistemologis dan aksiologis, sehingga melahirkan ilmu-ilmu umum yang
berdasarkan epistemologi Islam[14].
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Paronda (Ulumul Qur`an No. 9, 1991:27),
menurutnya diperlukan pembenahan infrastruktur sains Islami itu sendiri melalui
pendidikan, yakni dengan menanamkan ajaran Islam dan mengamalkannya secara
mantap sejak dini, dan bersamaan dengan itu diberikan paket metodologi berpikir
yang konsepsional, terutama dalam hal ini adalah model saintifikasi itu sendiri[15].
Sebagaimana telah dikemukakan di
atas, bahwa upaya pengembangan model kurikulum yang dapat memadukan materi mata
pelajaran umum, khususnya yang terdapat dalam mata pelajaran umum di SMA
merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dilakukan. Upaya itu
hendaknya dilakukan dengan cara merekayasa ulang dan mengembangkan kurikulum SMA
yang telah ada menjadi sebuah model integrasi mata pelajaran umum dengan imtaq.
Sehubungan dengan itu, maka yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah upaya
mengembangkan dan menemukan model pengembangan kurikulum mata pelajaran umum di
SMA menjadi sebuah model kurikulum mata pelajaran umum yang dapat memadukan
materi pelajarannya dengan agama.
Berdasarkan masalah yang diatas maka, dalam makalah ini
akan dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.
Model konsep
pemaduan mata pelajaran umum dengan agama seperti apa yang cocok dan tepat
untuk dikembangkan di SMA.
2.
Bagaimana
model desain integrasi mata pelajaran umum dengan imtaq tersebut:
a.
Model desain
integrasi mata pelajaran umum dengan imtaq seperti apa yang cocok untuk
dikembangkan?
b.
Bagaimana
bentuk model desain kurikulum yang dihasilkan?
3.
Sejauhmana
hasil dan dampak implementasi model integrasi mata pelajaran umum dengan imtaq
tersebut:
a)
sejauhmana hasil implementasi model
tersebut bagi peningkatan prestasi belajar siswa dalam penguasaan materi iptek?
b)
sejauhmana hasil implementasi model
tersebut dalam prestasi belajar siswa dalam penguasaan materi iptek dan imtaq
secara terpadu?
c)
sejauhmana dampak implementasi model
tersebut bagi kinerja guru?
d)
sejauhmana dampak implementasi model
tersebut terhadap aktivitas belajar siswa?
C.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa ide pokok dari integrasi kurikulum yang memadukan mata
pelajaran agama (imtaq) dengan umum ini ialah merupakan sebuah model yang
mencoba mengembangkan kirikulum sains (mata pelajaran umum) yang telah ada
menjadi sebuah model kurikulum yang memadukan materi sains (ilmu pengatahuan
umum) dengan materi imtaq (ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keislaman baik yang
terdapat dalam mata pelajaran agama Islam maupun dari sumber lainnya). Pemaduan
ini bertujuan agar : (1) siswa mendapatkan pengetahuan sains (iptek) yang
terpadu dengan imtaq; (2) siswa memiliki kemampuan untuk memadukan materi mata
pelajaran umum dengan agama; dan (3) siswa dapat meningkatkan hasil belajar di
bidang sains.
Selain hal di atas, sebagaimana
dikemukakan oleh Fogarty dan Maurer, bahwa model terpadu dapat dirancang dengan
berbagai bentuk, baik dalam bentuk intra, antar, dan inter disiplin. Sehubungan
dengan itu, maka model yang dianggap mungkin untuk dikembangkan adalah model
yang mengintegrasikan (memadukan) materi sains atau iptek dengan materi imtaq
dalam bentuk integrated curriculum, yang dimodifikasi sesuai
dengan kondisi yang ada[16].
Selanjutnya, sebagai salah satu
dimensi kurikulum, pengembangan ide atau gagasan juga melingkupi semua aspek
komponen kurikulum, yakni tujuan, isi atau materi, organisasi, dan evaluasi.
Dalam konteks model kurikulum terpadu, sebagaimana Maurer (1994), aspek
kurikulum tersebut melingkupi: (1) common
objectives (tujuan umum), (2) common theme (tema umum), (3) common
time frame (kerangka waktu), (4) diverse sequencing pattern (pola sequen
materi), (5) applied learning strategies (strategi aplikasi pembelajaran), dan (6) viaried assesment (bentuk pengukuran)[17].
(2) Model Rencana atau Rancangan Tertulis
Perangkat rancangan tertulis yang ada dalam kurikulum 2004 atau kurikulum yang berbasis kompetensi Standar Kompetensi. Selebihnya guru atau sekolah dituntut untuk sedikitnya mengembangkan;1) Silabus dan Sistem Penilaian; dan 2) Rencana (Sekenario) Pembelajaran
Perangkat rancangan tertulis yang ada dalam kurikulum 2004 atau kurikulum yang berbasis kompetensi Standar Kompetensi. Selebihnya guru atau sekolah dituntut untuk sedikitnya mengembangkan;1) Silabus dan Sistem Penilaian; dan 2) Rencana (Sekenario) Pembelajaran
a) Model
Standar Kompetensi
Desain kurikulum dalam bentuk
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dibuat dan diberlakukan secara
nasional dipengembangan dengan cara memasukkan konsep/nilai-nilai imtaq
kedalamnya dan upaya memadukannya. Konsep atau nilai-nilai imtaq yang akan
dipadukan dengan konsep/teori iptek tersebut adakalanya berfungsi sebagai : (a)
dasar dan nilai-nilai Islami bagi iptek yang berupa ayat-ayat al-qur’a n
dan hadits (b) arah dan penggunaan iptek secara Islami; (c) penguatan dan
perluasan teori dan konsep iptek dengan konsep dan nilai-nilai imtaq (seperti :
tauhid, khilafah, ibadah, `ilm, halal dan hram, `adl (keadilan sosial), zulm
(tirani), istishlah kepentingan umum), dan dhiya (pemborosan); dan (d) penyelesaian
atas teori dan konsep iptek yang kontropersial dalam pandangan Islam.
b)
Model desain rekayasa silabus dan sistem evaluasi model silabus
kurikulum yang dikembangkan pada dasarnya tetap mengacu pada pedoman
pengembangan silabus yang telah diberlakukan di SMA.
DAFTAR
PUSTAKA
Azra, Azyumardi, Esai-esai Intelektual
Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos,1998.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Naskah
Keterkaitan 10 Mata Pelajaran di SMU dengan Imtaq. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Wawasan
Kependidikan Guru Agama, 1996
Fogarty, Robin. How to Integrate The
Curricula. New York: IRI/Skylight Publishing,Inc,1991
Kartanegara, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik,
Jakarta:Arasy Mizan
dan UIN Jakarta Press. 2005
Made Wena, Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional Edisi 1 , Jakarta :
Bumi Aksara, 2009
Maurer, Richard, E. Designing Interdisciplinary Curriculum
in Middle, Junior High, and High Schools. Boston, London, Toronto,
Sydney, Tokyo, Singapure: Allyn and Bacon, 1994
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
PerguruanTinggi,Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2010.
Paronda, Abdul
Hafid (1991). Perlu Unfrastruktur Sains Islami, dalam 'Ulumul
Qur`an
No.9, 1991
Rahman, Fazlur. Islam
dan Modernity : Transformation of An Intelectual Tradition. Landon, Chicago : The University
of Chicago Press, 1982
Tobroni, Pendidikan
Islam Paradigma Teologis, Filosofis dan Spritualitas,
Rajawali Pers : 2008
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu
Konsep, Strategi, dan
Implementasinya
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Bumi Aksara,
2010
|
[3] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi,
dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Bumi Aksara,
2010, hlm. 35
[7] Made
Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional Edisi 1 , Jakarta : Bumi Aksara,
2009, hlm. 15
[10] Muhaimin,
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2010,
hlm.13
[12]
Kartanegara,
Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi
Holistik, Jakarta:Arasy
Mizan dan UIN Jakarta Press. 2005. hlm. 132
[13] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah (1996), Naskah Keterkaitan 10 Mata Pelajaran di SMU dengan Imtaq. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Wawasan
Kependidikan Guru Agama.
[14] Azyumardi Azra , Esai-esai Intelektual
Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos,1998.hlm.40-41
[15] Paronda, Abdul Hafid (1991). 'Perlu
Unfrastruktur Sains Islami', dalam
'Ulumul Qur`an No. 9, 1991, hlm.27
[17] Maurer, Richard, E. Designing Interdisciplinary
Curriculum in Middle, Junior High,
and High Schools. Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo, Singapue: Allyn and
Bacon, 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar