Jumat, 14 Desember 2012

Pengembangan Kurikulum PAI


PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
MAKALAH
“INTEGRASI KURIKULUM IMTAQ & SAINS DI SMA”


Disusun Oleh :
Y A N D A   D I N A T A
NPM.1222010071

LOGO_IAIN






             



PROGRAM PASCA SARJANA
Jurusan Ilmu Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang sangat ringkas ini yang berjudul “Integrasi Kurikulum Imtaq (Keimanan dan ketaqwaan) dan Sains di Sekolah Menengah Atas (SMA)” ini. Makalah ini merupakan tugas mandiri penulis selaku Mahasiswa Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung, makalah ini insya Allah akan penulis paparkan (prosentasikan) dalam acara perkuliahan pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan dosen pengampu yaitu ; Dr. Agus Fahruddin, MA.
            Dalam makalah ini yaitu membahas integrasi kurikulum yang memadukan mata pelajaran agama (imtaq) dengan sains ini ialah merupakan sebuah model yang mencoba mengembangkan kirikulum sains (mata pelajaran umum) yang telah ada menjadi sebuah model kurikulum yang memadukan materi sains (ilmu pengatahuan umum) dengan materi imtaq (ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keislaman baik yang terdapat dalam mata pelajaran agama Islam maupun dari sumber lainnya). Dengan tujuan (1) menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa, dimana dalam pelajaran yang disajikan disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu; (2) dapat menambah interes dan minat siswa terhadap adanya hubungan antara berbagai bidang studi; (3) pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih mendalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang studi; (4) adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional; (5) lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
            Akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya kepada rekan-rekan mahasiswa. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan khususnya dari Bapak dosen dan umumnya kepada seluruh rekan mahasiswa.
Bandar Lampung, November 2012
Penulis
DAFTAR ISI


Kata Pengantar ……………………………….………………………………….i
Daftar Isi …………………………………………………………………………ii
A.    Pendahuluan ……………………………………………................................1
B.     Pembahasan
1.      Pengertian Integrasi Kurikulum …………………………………………..2
2.      Korelasi Kurikulum ……………………………………………………….2
3.      Klasifikasi Pengintegrasian Tema ………………………………………...3
4.      Karakteristik Integrasi Pembelajaran ……………………………………..4
5.      Langkah-langkah (Sintaks) Integrasi Pembelajaran ………………………5
6.Proses Integrasi Kurikulum Imtaq (Kurikulum Agama) dan Sains di
      Sekolah Menengah Atas (SMA) ………………………………………….6
C.    Kesimpulan ………………………………..………………………………..10
Daftas Pustaka









INTEGRASI KURIKULUM IMTAQ DAN SAINS DI SMA

A. Pendahuluan
Upaya penyelesaian persoalan dikotomi kurikulum dalam pendidikan Islam sesungguhnya telah banyak dilakukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Rahman (1982:130-131), atas dasar pengamatannya terhadap konsep dan praktek pendidikan di berbagai negara Islam, secara garis besar ada dua cara yang umumnya dilakukan: Pertama, dengan menerima ilmu pengetahuan (sains) modern yang sekuler sebagaimana telah berkembang secara umum di Barat dan dicoba untuk  mengislamkannya dengan cara mengisinya dengan konsep-konsep tertentu dari Islam. Kedua, dengan cara menggabungkan atau memadukan ilmu pengetahuan modern dengan ilmu pengetahuan keislaman yang diberikan secara bersama-sama di suatu lembaga pendidikan Islam[1].
 Pendidikan sekarang ini dihadapkan pada problem parsialisasi atau fragmentasi. Parsialisasi atau fragmentasi itu terutama terjadi dalam tiga hal: hakekat manusia (peserta didik dan tujuan pendidikan), kurikulum dan ilmu pengetahuan. Pertama, parsialisasi dalam memandang peserta didik dan tujuan pendidikan. Anak didik dipandang sebagai sosok manusia yang memiliki kepribadian secara utuh (integral), melainkan (seakan) terdiri dari berbagai unsur komponen yang berdiri sendiri. Parsialisasi kedua adalah cara pandang terhadap kurikulum. Sekolah lebih mengutamakan kurikulum formal (formal curriculum) yaitu sebagaimana yang ada dalamsi silabi dan buku paket. Ketiga parsialisasi juga terjadi dalam memandang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dikapling-kapling secara ekstrim antara satu dengan lainnya seakan terpisah dan tidak memiliki keterkaitan[2].

B. Pembahasan

1. Pengertian Integrasi kurikulum (Integrated Curriculum)
Secara istilah, integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua objek atau lebih (Wedawaty, 1990:26). Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Poerwardarminta (1997:326), integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.  Selanjutnya, pengertian integrasi yang dikemukakan oleh Wedawaty, dalam Darwin, (2001:16), adalah perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua objek atau lebih. Dalam integrated curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu masalahat au topic tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topic tertentu.[3]
2. Korelasi Kurikulum (Correlated Curriculum)
            Correlated curriculum adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memerhatikan ciri (karakteristik) tiap bidang studi tersebut. Hubungan (korelasi) antara mata pelajaran tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain :
1)   Insidental, artinya secara  kebetulan ada hubungan  antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Sebagai contoh: bidang studi IPA (baca Sains) jugadi singgung tentang geografi, anthropologi, dan sebaginya.
2)   Hubungan yang lebih erat. misalnya, suatu pokok permasalahan yang di berbincangan  dalam bebagai bidang studi.
3)   Batas mata pelajaran di satukan dan di fungsikan, yaitu dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran tersebut, di sebut dengan Broad Field.[4]



3. Klasifikasi Pengintegrasian Tema

Pembelajaran terpadu di bedakan berdasarkan pola pengintegrasikan materi atau tema.secara umum pola pengintegrasian materi atau tema pada model pembelajaran terpadu tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yakni Pertama, pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu. Kedua, pengintegrasian beberapa disiplin dalam ilmu pengintegrasian di dalam  dan beberapa disiplin ilmu.
a)   Pengintegrasian di Dalam Satu Disiplin Ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang mentautkan dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun. Misalnya  di bidang ilmu alam,mentautkan antara dua tema dalam fisika yang dan biologi yang memiliki relevansi atau antara tema dalam kimia dan fisika.misalnya, tema metabolise dapat di tinjau dari biologi maupun kimia.begitupun dengan tema-tema yang relevan pada bidang ilmu social seperti antara sosiologi dan geografi. Jadi, sifat perpaduan dalam model ini adalah hanya dalam satu rumpun bidang ilmu saja (interdisipliner).
b)   Pengintegrasian Beberapa Disiplin Ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang mentautkan antar  disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya antara tema yang ada dalam bidang ilmu social dengan bidang ilmu alam. Sebagai contoh tema energy merupakan tema yang dapat dikaji dari bidang ilmu yang berbeda, baik dalam bidang ilmu social (kebutuhan energy dalam masyarakat) maupun dalam bidang ilmu alam (bentuk-bentuk  energy dan teknologinya).
c)    Pengintegrasian di Dalam Satu dan Beberapa Disiplin Ilmu
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang paling kompleks karena menautkana antar disiplin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda.[5]

4. Karakteristik Integrasi Pembelajaran

Menurut Dekdikbud (1996:3), pembelajaran terintegrasi atau terpadu sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
a)    Holistik, yaitu suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
b)   Bermakna, yaitu pengkajian fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan diatas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut schemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari110
c)    Otentik, yaitu pembelajaran terpadu (integratedi) memungkinkan siswa memahami secara langsung dari prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung.
d)   Aktif, yaitu pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat,minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.[6]
Karakteristik integrasi pembelajaran atau sering di sebut pembelajaran terpadu, memiliki korelasi yang erat dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian, dan sebagainya. Karakteristik yang amat kompleks tersebut harus juga dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak bisa mencapai hasil belajar yang maksimal.[7]
5. Langkah-Langkah (Sintaks) Integrasi Pembelajaran
          Pada dasarnya langkah-langkah (sintaks) integrasi pembelajaran atau disebut juga pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Prabowo, 2000:6). Berkaitan dengan itu, maka sintaks model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung (direct instructions), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), maupun model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instructions).
1. Tahap Perencanaan
a)    Menentukan Jenis Mata Pelajaran dan Jenis Keterampilan yang dipadukan
b)   Memilih Kajian Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
c)    Menentukan Sub Keterampilan yang Dipadukan
d)   Merumuskan Indikator Hasil Belajar
e)    Menentukan Langkah-Langkah Pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
          Prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu (integrated), meliputi: pertama, guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Kedua, pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; dan ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan Depdiknas (1996:6)
3. Tahap Evaluasi
          Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996:6), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran[8].



6. Proses Integrasi Kurikulum Imtaq (Kurikulum Agama) dan Sains
   di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Dalam Al-Qur’an, kualitas kepribadian disebut dengan muttaqin (manusia yang senantiasa bertaqwa kepada Allah). Kualitas ini akan di capai, apabila manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya sebagai Abdullah dan sekaligus sebagai khalifah ideal. Di lingkungan pendidikan Islam, perumusan prototype manusia ideal ini sepertinya belum dirumuskan secara tuntas, batas yang sangat abstrak dan normative, yaitu pada bentuk pemenuhan kewajiban ritual individualistik. Padahal dalam Al-Qur’an, taqwa mengandung implikasi pemenuhan kewajiban kemanusian secara universal.          [9]
Adapun proses integrasi kurikulum Imtaq yang merupakan bagian dari kurikulum PAI harus dikembangkan dalam program atau ide-ide, ide kurikulum bisa berasal dari :
a)    Visi yang dicanangkan
b)   Kebutuhan stakeholders (siswa, masyarakat, pengguna lulusan), dan kebutuhan untuk studi lanjut.
c)    Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan ipteks dan zaman
d)   Pandangan-pandangan para pakar dengan berbagai latar belakangnya
e)    Kecenderungan era globalisasi, yang menuntut seseorang untuk memiliki etos belajar sepanjang hayat, melek social, ekonomi, politik, budaya dan teknologi.[10]
Di dalam kurikulum dikenal lima macam Broad Field, yaitu sebagai berikut:
a)      Ilmu Pengetahuan Sosial, peleburan dari mata pelajaran ekonomi, koperasi, sejarah, geografi, akuntansi, dan sejenisnya.
a)      Bahasa, peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang, menyimak, sastra, apresiasi, dan pengetahuan bahasa.
b)      Ilmu Pengetahuan Alam, peleburan dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, astronomi (IPBA), dan kesehatan.
c)Matematika, peleburan dari aljabar, aritmetika, geometri, dan statistic.
d)     Kesenian, peleburan dari seni tari, seni musik, seni suara, seni lukis, seni pahat, dan seni drama.
            Bentuk Broad field curriculum memiliki kelebihan, antara lain: (1) menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa, dimana dalam pelajaran yang disajikan disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu; (2) dapat menambah interes dan minat siswa terhadap adanya hubungan antara berbagai bidang studi; (3) pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih mendalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang studi; (4) adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional; (5) lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
            Selain kelebihan-kelebihan tersebut, broad field curriculum  juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat siswa, demikian juga masalah-masalah yang dikemukakan tidak berkenaan secara langsung dengan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa; (2) pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran; (3) urusan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis; (4) kebanyakan di antara para guru tidak atau kurang menguasai antar disiplin ilmu sehingga dapat mengaburkan pemahaman siswa[11].
            Secara konsepsional mulai dari kurikulum 1975 hingga lahirnya kurikulum 1994 dan bahkan dalam kurikulum  KBK 2004 dan KTSP 2006, dikotomisasi ilmu pengetahuan umum dan agama madrasah telah dihilangkan melalui pemberian ilmu pengtahuan umum dan ilmu pengatahuan keagamaan kepada siswa secara bersamaan. Akan tetapi, jika ditelusuri lebih jauh, penyatuan tersebut masih belum memenuhi apa yang sebenarnya diharapkan. Hal itu ditandai dengan masih adanya konsep dan desain kurikulum yang terpisah antara ilmu pengetahuan umum dan agama (sparated subject matter curriculum). Dalam hal itu, antara mata pelajaran umum dengan mata pelajaran agama tidak didesain secara terintegrasi. Lebih khusus lagi dalam hal itu, konsep dan desain kurikulum mata pelajaran umum (seperti biologi, Fisika, Kimia) tidak atau masih belum mengintegrasikan imtaq di dalamnya[12].
Sebenarnya upaya untuk mengatasi persoalan di atas pernah dilakukan oleh pemerintah. Dalam rangka upaya itu, di antaranya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan 'Naskah Keterkaitan 10 Mata Pelajaran Umum di SMU dengan Imtaq' (Depdikbud, 1996), yang juga diberlakukan di MA sebagai Sekolah Umum yang berciri khas Islam. Dalam naskah tersebut setiap materi pelajaran sains diberi materi landasan imtaq berupa ayat-ayat Qur`an dan Hadist yang dapat digunakan sebagai pedoman dan acuan bagi guru mata pelajaran umum dalam rangka integrasi sains dan imtaq. Akan tetapi usaha itu ternyata tidak bisa berjalan sesuai dengan harapan, khususnya di MA[13].
Sementara itu, Azra (1999: 40) menilai kegagalan implementasi konsep kurikulum lebih disebabkan oleh karena upaya penyelesaian yang dilakukan tidak bersifat mendasar dan dilakukan secara ad-hoc (sementara), parsial, serta bersifat involutif. Untuk itu, menurutnya (1999:29 dan 41), perlu adanya suatu bentuk penyelesaian yang bersifat mendasar, yang tidak sekedar perubahan-perubahan yang hanya memunculkan kerumitan-kerumitan baru daripada terobosan yang betul-betul bisa dipertanggungjawabkan baik dari segi konsep maupun visibilitas, kelestarian dan kontinuitasnya. Sehubungan dengan itu, menurutnya perlu adanya peninjauan ulang terhadap ilmu-ilmu empiris (umum) yang diajarkan di madrasah dari segi epistemologis dan aksiologis, sehingga melahirkan ilmu-ilmu umum yang berdasarkan epistemologi Islam[14]. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Paronda (Ulumul Qur`an No. 9, 1991:27), menurutnya diperlukan pembenahan infrastruktur sains Islami itu sendiri melalui pendidikan, yakni dengan menanamkan ajaran Islam dan mengamalkannya secara mantap sejak dini, dan bersamaan dengan itu diberikan paket metodologi berpikir yang konsepsional, terutama dalam hal ini adalah model saintifikasi itu sendiri[15].
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa upaya pengembangan model kurikulum yang dapat memadukan materi mata pelajaran umum, khususnya yang terdapat dalam mata pelajaran umum di SMA merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dilakukan. Upaya itu hendaknya dilakukan dengan cara merekayasa ulang dan mengembangkan kurikulum SMA yang telah ada menjadi sebuah model integrasi mata pelajaran umum dengan imtaq. Sehubungan dengan itu, maka yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah upaya mengembangkan dan menemukan model pengembangan kurikulum mata pelajaran umum di SMA menjadi sebuah model kurikulum mata pelajaran umum yang dapat memadukan materi pelajarannya dengan agama.
Berdasarkan  masalah yang diatas maka, dalam makalah ini akan dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.    Model konsep pemaduan mata pelajaran umum dengan agama seperti apa yang cocok dan tepat untuk dikembangkan di SMA.
2.    Bagaimana model desain integrasi mata pelajaran umum dengan imtaq tersebut:
a.    Model desain integrasi mata pelajaran umum dengan imtaq seperti apa yang cocok untuk dikembangkan?
b.    Bagaimana bentuk model desain kurikulum yang dihasilkan?
3.    Sejauhmana hasil dan dampak implementasi model integrasi mata pelajaran umum dengan imtaq tersebut:
a)      sejauhmana hasil implementasi model tersebut bagi peningkatan prestasi belajar siswa dalam penguasaan materi iptek?
b)      sejauhmana hasil implementasi model tersebut dalam prestasi belajar siswa dalam penguasaan materi iptek dan imtaq secara terpadu?
c)      sejauhmana dampak implementasi model tersebut bagi kinerja guru?
d)     sejauhmana dampak implementasi model tersebut terhadap aktivitas belajar siswa?
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ide pokok dari integrasi kurikulum yang memadukan mata pelajaran agama (imtaq) dengan umum ini ialah merupakan sebuah model yang mencoba mengembangkan kirikulum sains (mata pelajaran umum) yang telah ada menjadi sebuah model kurikulum yang memadukan materi sains (ilmu pengatahuan umum) dengan materi imtaq (ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keislaman baik yang terdapat dalam mata pelajaran agama Islam maupun dari sumber lainnya). Pemaduan ini bertujuan agar : (1) siswa mendapatkan pengetahuan sains (iptek) yang terpadu dengan imtaq; (2) siswa memiliki kemampuan untuk memadukan materi mata pelajaran umum dengan agama; dan (3) siswa dapat meningkatkan hasil belajar di bidang sains.
Selain hal di atas, sebagaimana dikemukakan oleh Fogarty dan Maurer, bahwa model terpadu dapat dirancang dengan berbagai bentuk, baik dalam bentuk intra, antar, dan inter disiplin. Sehubungan dengan itu, maka model yang dianggap mungkin untuk dikembangkan adalah model yang mengintegrasikan (memadukan) materi sains atau iptek dengan materi imtaq dalam bentuk integrated curriculum, yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang ada[16].
Selanjutnya, sebagai salah satu dimensi kurikulum, pengembangan ide atau gagasan juga melingkupi semua aspek komponen kurikulum, yakni tujuan, isi atau materi, organisasi, dan evaluasi. Dalam konteks model kurikulum terpadu, sebagaimana Maurer (1994), aspek kurikulum tersebut melingkupi: (1) common objectives (tujuan umum), (2) common theme (tema umum), (3) common time frame (kerangka waktu), (4) diverse sequencing pattern (pola sequen materi), (5) applied learning strategies (strategi aplikasi pembelajaran), dan (6) viaried assesment (bentuk pengukuran)[17]. (2) Model Rencana atau Rancangan Tertulis
Perangkat rancangan tertulis yang ada dalam kurikulum 2004 atau kurikulum yang berbasis kompetensi Standar Kompetensi. Selebihnya guru atau sekolah dituntut untuk sedikitnya mengembangkan;1) Silabus dan Sistem Penilaian; dan 2) Rencana (Sekenario) Pembelajaran
a)  Model Standar Kompetensi
Desain kurikulum dalam bentuk Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dibuat dan diberlakukan secara nasional dipengembangan dengan cara memasukkan konsep/nilai-nilai imtaq kedalamnya dan upaya memadukannya. Konsep atau nilai-nilai imtaq yang akan dipadukan dengan konsep/teori iptek tersebut adakalanya berfungsi sebagai : (a) dasar dan nilai-nilai Islami bagi iptek yang berupa ayat-ayat al-qur’a n dan hadits (b) arah dan penggunaan iptek secara Islami; (c) penguatan dan perluasan teori dan konsep iptek dengan konsep dan nilai-nilai imtaq (seperti : tauhid, khilafah, ibadah, `ilm, halal dan hram, `adl (keadilan sosial), zulm (tirani), istishlah kepentingan umum), dan dhiya (pemborosan); dan (d) penyelesaian atas teori dan konsep iptek yang kontropersial dalam pandangan Islam.
b)  Model desain rekayasa silabus dan sistem evaluasi model silabus kurikulum yang dikembangkan pada dasarnya tetap mengacu pada pedoman pengembangan silabus yang telah diberlakukan di SMA.



DAFTAR PUSTAKA


Azra, Azyumardi, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos,1998.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Naskah Keterkaitan 10 Mata Pelajaran di SMU dengan Imtaq. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama, 1996

Fogarty, Robin. How to Integrate The Curricula. New York: IRI/Skylight Publishing,Inc,1991
Kartanegara, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik, Jakarta:Arasy Mizan dan UIN Jakarta Press. 2005
Made  Wena,  Strategi   Pembelajaran   Inovatif   Kontemporer  Suatu  Tinjauan 
            Konseptual Operasional Edisi 1 , Jakarta : Bumi Aksara, 2009

Maurer, Richard, E. Designing Interdisciplinary Curriculum in Middle, Junior High, and High Schools. Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo, Singapure: Allyn and Bacon, 1994
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan PerguruanTinggi,Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2010.
Paronda, Abdul  Hafid  (1991). Perlu Unfrastruktur  Sains  Islami, dalam 'Ulumul
            Qur`an No.9, 1991

Rahman, Fazlur. Islam dan Modernity : Transformation of An Intelectual Tradition. Landon, Chicago : The University of Chicago Press, 1982

Tobroni,  Pendidikan  Islam  Paradigma  Teologis,  Filosofis  dan  Spritualitas,
            Rajawali Pers : 2008
Trianto,  Model  Pembelajaran  Terpadu  Konsep,  Strategi, dan Implementasinya
            dalam  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP), Jakarta : Bumi Aksara,
            2010





 
 


                [1] Rahman, Fazlur. Islam dan Modernity : Transformation of An Intelectual Tradition. Landon, Chicago:The University of Chicago Press, 1982, hlm.130-131
2 Tobroni,  Pendidikan  Islam  Paradigma Teologis, Filosofis  dan  Spritualitas, Rajawali Pers : 2008, hlm. 123
[3] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Bumi Aksara, 2010, hlm. 35
[4] Ibid.hlm 33-34
[5] Ibid. hlm. 37-38
[6] Trianto, Op.Cit, hlm. 61-62
[7] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional Edisi 1 , Jakarta : Bumi Aksara, 2009, hlm. 15
[8] Trianto, Op.cit, hlm.63-64
[9] Tobroni, Op.Cit. hlm. 105
[10] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2010, hlm.13
[11] Trianto,Op.cit, hlm.34
[12] Kartanegara, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik, Jakarta:Arasy Mizan dan UIN Jakarta Press. 2005. hlm. 132
[13] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1996), Naskah Keterkaitan 10 Mata Pelajaran di SMU dengan Imtaq. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama.
 

[14] Azyumardi Azra , Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos,1998.hlm.40-41
[15]  Paronda, Abdul Hafid (1991). 'Perlu Unfrastruktur Sains Islami', dalam 'Ulumul Qur`an No. 9, 1991, hlm.27



[16]  Fogarty, Robin. How to Integrate The Curricula. New York: IRI/Skylight Publishing, 1991,Inc.
[17] Maurer, Richard, E. Designing Interdisciplinary Curriculum in Middle, Junior High, and High Schools. Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo, Singapue: Allyn and Bacon, 1994
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar