PENGORGANISASIAN
DAN MOTIVASI
MAKALAH
Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Manajemen Mutu Pendidikan Agama Islam
Pada Tanggal
...........................
Oleh :
NAMA
|
|
N P M
|
MASTUR
|
:
|
122201 0051
|
M. SHOLIHIN
|
:
|
122201 0051
|
SHOLIHUL MU’MININ
|
:
|
122201 0051
|
MARIA DASIPA
|
:
|
122201 0051
|
Dosen Pembimbing
Dr. Siti Fatimah, M.Pd.
PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN
INTAN LAMPUNG
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Berkat rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Manajemen Pendidikan Agama Islam yang membahas
mengenai pengorganisasian dan motivasi.
Shalawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa kita
harapkan syafaatnya min yaumin hadza ilaa yaumil qiyamah amin.
Makalah
ini disusun sebagai tugas kolompok pada mata kuliah Manajemen Pendidikan Agama
Islam, Mahasiswa program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan.
|
Bandar Lampung, 30 November 2012
Penyusun,
|
DAFTAR
ISI
Halaman
Sampul.................................................................................................... i
Kata
Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar
Isi................................................................................................................. iii
BAB I Latar Belakang ............................................................................................. 1
BAB II
Pembahasan................................................................................................. 2
A. Pengertian
Organisasi................................................................................... 2
B. Desain
Organisasi Pendidikan...................................................................... 4
1. Pengertian
Desain Organisasi Pendidikan............................................... 4
2. Model
Desain Organisasi Pendidikan Efektif, Unggul dan Berhasil...... 8
3. Pengorganisasian..................................................................................... 6
C. Pengertian
Motivasi....................................................................................... 7
D. Fungsi
Motivasi dalam Belajar...................................................................... 7
E. Macam-macam
Motivasi.............................................................................. 8
F.
Bentuk-bentuk Motivasi di
Sekolah.............................................................. 10
BAB III
Kesimpulan............................................................................................... 11
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berbicara
mengenai pengorganisasian tentunya sudah tidak asing lagi ditelinga kita,
karena dalam segala bidang kita sering mendengar istilah pengorganisasian.
Dimana perngorganisasian merupakan suatu kegiatan menyusun struktur dan
membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam mencapai tujuan
bersama.
Begitu
halnya dengan kata motivasi yang memang sudah berulang kali kita dengar kata
tersebut dalam berbagai sisi kehidupan. Dimana motivasi merupakan sebuah
dorongan yang timbul sehingga seseorang mempunyai keinginan untuk melakukan
sesuatu.
Kedua
komponen tersebut tentunya mempunyai keterkaitan yang erat, karena dalam sebuah
lembaga akan baik apabila telah tercipta pengororganisasian dan motivasi yang
baik. Dengan adanya kedua komponen tersebut tentunya sebuah lembaga akan lebih
mudah dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah disusun bersama.
Kendati demikian,
dewasa ini banyak lembaga-lembaga terutama lembaga pendidikan yang mempunyai
mutu pendidikan yang kurang baik, sehingga kenyataan yang ada tidak selaras
dengan visi, misi dan tujuan yang telah direncanakan. Sudah barang tentu hal
ini terjadi karena kurang baiknya pengorganisasian dan motivasi di dalam
lembaga pendidikan tersebut. Melihat fenomena tersebut, kami tertarik untuk
mengungkap pentingya pengorganisasian dan motivasi yang disusun dan
direalisasikan dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, kami mengajukan rumusan masalah dalam makalah
ini yakni sebagai berikut :
1.
Apakah sebuah lembaga
perlu adanya pengorganisasian dan motivasi ?
2.
Seberapa penting
pengorganisasian dan motivasi dalam sebuah lembaga ?
BAB II
PEMBAHASAN
PENGORGANISASIAN DAN MOTIVASI
A.
Pengertian Organisasi
Organisasi
adalah institusi atau wadah tempat orang berinteraksi dan bekerjasama sebagai
suatu unit yang terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang atau lebih yang
berfungsi mencapai satu sasaran atau serangkaian sasaran. Organisasi dalam arti
dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian kerja yang akan dilakukan,
pembatasan tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggungjawab, dan penetapan
hubungan diantara elemen organisasi. Jadi, organisasi dalam arti dinamis lebih
cenderung disebut organisasi sebagai suatu wadah. Karena organisasi terdapat
sekumpuan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk
mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerjasama. Melalui organisasi
memungkinkan masyarakat meraih hasil atau mengejar tujuan yang sebelumnya tidak
bisa dicapai oleh individu-individu secara sendiri-sendiri.
Dengan
demikian, orang-orang yang tergabung dalam organisasi dapat bekerjasama untuk
merealisasikan tujuan bersama secara efisien dan efektif. Berbagai usaha
ditempuh untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, hal ini menurut Etzioni
melahirkan teori klasik administrasi dalam pendekatan organisasi disebut
sebagai aliran manajemen ilmiah (scientific management), ditandai pembagian
kerja yang tegas dengan tenaga-tenaga yang memiliki kecakapan, keterampilan
khusus, dan hierarki wewenang yang khas melaksanakan kewenangan, tugas, dan
tanggung jawab organisasi.[1]
Ciri-ciri organisasi menurut Etzioni
adalah (1) adanya pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan, dan tanggung jawab
komunikasi merupakan bentuk-bentuk pembagian yang tidak dipolakan begitu saja
atau disusun menurut cara-cara tradisional, melainkan sengaja dirancanakan
untuk dapat lebih meningkatkan usaha mewujudkan tujuan tertentu; (2) adanya
satu atau beberapa pusat kekuasaan berfungsi mengawasi pengendalian usaha-usaha
organisasi serta mengarahkan organisasi mencapai tujuannya, pusat kekuasaan
secara kontinu mengkaji sejauhmana hasil yang telah dicapai organisasi, dan
apabila diperlukan menyusun pola-pola baru guna meningkatkan efisiensi; dan (3)
penggantian tenaga, dimana tenaga yang dianggap tidak bekerja sebagaimana
diharapkan, dapat diganti oleh tenaga lain, dan organisasi dapat
mengkombinasikan anggotanya melalui proses pengalihan maupun promosi. Ciri-ciri
ini berlaku bagi organisasi pendidikan baik pada pemerintah, pemerintah daerah,
dan satuan pendidikan.[2]
Berikut ini merupakan
pendapat para ahli mengenai organisasi :
1.
Organisasi oleh
Etzioni sebagai suatu kesatuan sosial atau pengelompokan manusia yang dibentuk
secara sengaja dan adanya ikatan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan unit
sosial untuk pengelompokan manusia yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali
(desain) dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu.[3]
2.
Organisasi oleh
Gibson dan Donnely adalah institusi yang memberi nafas pada kehidupan struktur
organisasi dan memungkinkan masyarakat mengejar tujuan yang tidak bisa dicapai oleh
individu-individu secara sendiri-sendiri.[4]
3.
Organisasi menurut
Robbins kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasi secara sadar dengan
sebuag batasan yang relatif dapat diidentifikasi, tersusun atas dua orang atau
lebih, berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan atau seperangkat tujuan bersama atau kelompok tujuan.[5]
4.
Organisasi menurut Sondang P. Siagian
adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama
untuk mencapai sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu
ikatan hierarkhi dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok
yang disebut pimpinan dan seorang atau kelompok yangdisebut bawahan .[6]
Pendapat
para ahli tersebut menunjukkan bahwa organisasi adalah hubungan struktural yang
mengikat dan kerangka dasar tempat
individu-individu dikoordinasi yang di dalamnya dilakukan pembagian kerja,
karena adanya bidang kerja yang harus diselesaikan dan adanya orang-orang yang
wajib menunaikan tugas tertentu. Batasan relatif dapat diidentifikasi untuk
membedakan anggota dengan yang bukan anggota dalam organisasi. Pandangan
tersebut memberi makna bahwa organisasi sebagai suatu wadah berinteraksi dan
bekerjasama yaitu tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan orang-orang dalam
mencapai tujuan yang di dalamnya terdapat hierarkhi kedudukan, jabatan, saluran
wewenang, dan tanggung jawab masing-masing anggotanya.
B.
Desain Organisasi
Pendidikan
1.
Pengertian Desain
Organisasi Pendidikan
Desain
organisasi (organisasi design) adalah struktur spesifik yang dihasilkan
dari keputusan dan tindakan manajer, juga proses dimana manajer memilih
diantara kerangka alternatif pekerjaan dan departemen.[7]
Mengacu
kepada pengertian desain organisasi yang telah diuraikan, maka dapat ditegaskan
bahwa desain organisasi pendidikan adalah mempersiapkan suatu sketsa atau
rencana yang menggambarkan outline atau kerangka siapa mengerjakan apa dan
siapa bertanggungjawab terhadap siapa dalam suatu organisasi yang dinamis.
Penting diperhatikan bahwa desentralisasi dan pemberdayaan manajemen pendidikan
khususnya pada tingkat satuan pendidikan menjdi perhatian penting dalam
menyusun desain organisasi pendidikan untuk mencapai mutu yang diharapkan.
2.
Model Desain
Organisasi Pendidikan yang Efektif, Unggul dan Berhasil
·
Desain Organisasi
untuk Memberdayakan Satuan Pendidikan
Organisasi
dapat ditinjau dari dua segi, (1) sebagai wadah yang relatif statis, dimana
kegiatan-kegiatan administrasi dijalankan; dan (2) sebagai rangkaian hierarkhi
atau proses yang relatif bersifat dinamis. Dalam hal organisasi pendidikan di
Provinsi dan Kabupaten/Kota secara empirik penelitian Sagala (2003) menunjukkan
bahwa peran provinsi, kabupaten/Kota dan sekolah dalam hubungan vertikal maupun
horizontal menunjukkan birokrasi yang rumit dan kompleks pada semua tingkat
istitusi. Dalam menggerakkan manajemen, mengambil keputusan dan melaksanakan
tindakan menghasilkan formulasi proses tiga lapis melibatkan (1) para perencana
pada tingkat pemerintah daerah (corporate); para pelaksana dinas
pendidikan (bisnis); dan (2) para pejabat fungsional yaitu pengawas sekolah
atau guru.
Bertitiktolak
pada analisis domain teoritik model organisasi sekolah seperti yang diungkapkan
Sergiovanni (1997) yaitu model efektif, unggul dan berhasil. Maka organisasi
pendidikan pada pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, dan pada level
sekolah pada pembahasan ini dapat dikategorikan pada tiga kategori yaitu (1)
kategori rutin seperti yang telah berlangsung selama ini yaitu berorientasi
aturan dan program dilaksanakan berdasarkan anggaran yang tersedia; (2)
kategori efektif, sesuai prinsip desentralisasi, yaitu organisasi dapat
ditingkatkan menjadi organisasi yang efektif yaitu berorientasi visi dan misi,
dimana program dan kegiatan dilaksanakan berdasarkan pencapaian pada tujuan,
sasaran, visi dan misi yang ditegakkan; (3) kategori unggul dan sukses, jika
organisasi pendidikan telah memenuhi kategori efektif, dapat ditingkatkan
menjadi organisasi yang unggul dan sukses, yaitu memperhatikan kompetitor dan
menjadikan program dan kegiatan organisasi ini lebih unggul dari lainnya dan
mampu memenangkan persaingan.
1.
Desain organisasi kategori rutin
Mekanisme
kerja model organisasi kategori rutin, pada organisasi tersebut menunjukkan
semua personel organisasi pendidikan yang menduduki jabatan struktural, jabatan
proyek, staf tata usaha, dan tenaga fungsional melaksanakan kegiatan atas
aturan dan perintah atasan masing-masing. Melaksanakan program kerja sesuai
anggaran pendidikan yang sudah ditetapkan dalam APBD kabupaten/kota, APBD
provinsi, APBN, maupun suber lainnya yang menjadi program pemerintah daerah
yang bersangkutan. Model ini tidak terlalu ketat terhadap visi, misi, tujuan
dan target, tetapi semua personel melaksanakan pekerjaa yang diperintahkan dan
pekerjaan tersebut dapat diselesaikan sesuai waktu dan aturan yang telah ditentukan.
2.
Desain organisasi kategori efektif.
Desain
organisasi kategori efektif berbeda dengan desain organisasi kategori rutin.
Secara teoritik sekolah yang efektif didefinisikan para siswanya mencapai hasil
belajar yang baik, dibuktikan oleh angka hasil tes yang standar dalam bidang
kecakapan dasar. Secara tipikal keefektifan sekolah menunjukkan pemberdayaan
organisasi dan lembaga sesuai aspirasi dan kebutuhan lembaga yang bersangkutan.
Sekolah yang efektif diidentifikasikan bahwa sekolah itu menunjukkan prilaku
kepemimpinan yang mendukung profesional guru, menyusun rencana sekolah secara
parsitipatif mengikutsertakan dewan pendidik dan perwakilan masyarakat.
Wujudnya tampak pada pelaksanaan program dan kegiatan yang mengacu pada visi
dan misi sekolah, mengelola dengan baik manajemen pengajaran, metode dan
prilaku mengajar yang menarik dan menyenangkan, menerapkan kurikulum yang tepat
dan sikap guru yang profesional.
3.
Desain organisasi kategori unggul.
Organisasi
sekolah kategori unggul dikategorikan terdapat standar akademik yangtinggi
untuk semua mata pelajaran dimana para siswa mampu berpencapaian sampai pada
standar yang ditentukan, dibuktikan dengan hasil tes dengan prosedur bereferensi
atau tes yang sesuai. Sekolah unggul merupakan budaya dan bagian dari gerakan
politik berlingkup negar, didorong desakan kebutuhan untuk merespon permintaan
pasar. Persaingan ketat merupakan dasar melakukan proses yang memberi arah
keunggulan organisasi, sasaran dan konsepnya jelas diperlukan untuk membuat
persaingan lebih sehat dan adil. Keunggulan lebih kualitatif menunjukkan setiap
persoalan tidak hanya dipenuhi atau dilampaui tetapi disertai derajat pengakuan
yang tinggi, waktu dan gaya yang membedakan susunan organisasi dan struktural
yang berhasil mencapai tujuan.
4.
Organisasi kategori yang berhasil.
Organisasi
sekolah ketegori berhasil diidentifikasikan memiliki komitmen yang kuat
terhadap tujuan dan siswanya dapat mendemonstrasikan kemampuan intelektualnya
melalui tes yang standar. Memiliki moral dan etika yang tinggi, memiliki rasa
dan estetika, memiliki kestabilan emosi fisik, dan memiliki rasa tanggungjawab
yang tinggi. Sekolah yang berhasil lebih komprehensif dan luas.filosofinya
adalah yang bertahan pada cita-cita, seluruh personel sekolah memiliki nilai
kerja keras dan cinta akan profesi pendidikan, kekuatan nilai intrinsik,
memiliki nilai akademik yang baik, memiliki nilai intelektual, rasa demokratis,
kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan visioner, tanggungjawab
kemasyarakatan, dan menerima pembaharuan. Manajemen sumber daya manusia modern memiliki
kepedulian terhadap interaksi struktur organisasi behubungan secara simultan
dengan proses interaksi anggotanya.[8]
3.
Pengorganisasian
Pengorganisasian
adalah fungsi manajemen sebagai suatu proses yang dinamis. Konsep
pengorganisasian menurut Hick dan Gullet berdasarkan birokrasi dan komponen
lainnya.[9]
Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk dan
mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
Para ahli
mengemukakan pendapatnya mengenai pengorganisasian diantaranya,
pengorganisasian merupakan suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan mencapai tujuan, menempatkan
orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yangdiperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu
yang akan melakukan aktivitas tersebut.[10]
Perngorganisasian merupakan kegiatan menyusun struktur dan membentuk
hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam mencapai tujuan bersama.
Pandangan
tersebut memberikan makna bahwa pengorganisasian merupakan suatu kegiatan
mengatur, mengerahkan dan mengarahkan yang direalisasikan dalam suatu mekanisme
yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepada lembaga.
C.
Pengertian Motivasi
Berbagai
macam pengertian motivasi yang diungkapkan oleh para ahli, bahkan sudah umum
orang menyebut dengan “motif” untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat
sesuatu. Misalnya “apa motifnya si Budi itu membuat kekacauan/apa motifnya si
Anto rajin belajar.”
Kata
“motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan
sesuatu.[11]
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek
untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan
motif juga bisa dikatakan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal
dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
masih aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
D.
Fungsi Motivasi dalam
Belajar
Serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya
dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan dengnan motivasi.
Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan.
Begitu
juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan
menjadi optimal, kalau ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan,
maka akan semakin berhasil pula pembelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Perlu
ditegaskan, bahwa motivasi sangat bertalian dengan tujuan. Sebagagi contoh
siswa termotivasi untuk belajar giat karena siswa menghendaki dirinya menjadi
siswa yang pandai. Dengan demikian, motivasi sangat mempengaruhi adanya
kegiatan.
Sehubungan
dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi :
1. Mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
2. Menentukan
arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang
tidak bermanfaar bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian
dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak
akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak
serasi dengan tujuannya.[12]
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi
lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yangbaik pula. Dengan kata lain,
dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanyamotivasi, maka
seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya.
E.
Macam-macam Motivasi
Berbicara
tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang.dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif sangatlah
bervariasi.
1.
Motivasi dilihat dari
dasar pembentukannya.
a.
Motif-motif bawaan.
Yang
dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi
motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya : dorongan untuk makan, dorongan
untuk minum, dorongan untuk istirahat. Motif ini yang disyaratkan secara
biologis (Physiological drivers).
b.
Motif-motif yang
dipelajari.
Maksudnya
motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contohnya misalnya : dorongan
untuk belajar suatu cabang ilmu oengetahuan, dorongan untuk mengajarkan sesuatu
dimasyarakat. Motif ini seringa kali disebut motif yang disyaratkan secara
sosial (Affiliative needs).
2.
Jenis motivasi
menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis.
a.
Motif atau kebutuhan
organis, meliputi misalnya dorongan untuk makan dan minum seperti halnya yang
telah disinggung diatas.
b.
Motif-motif darurat.
Yang termasuk kedalam jenis motif ini antara lain : dorongan untuk
menyelamatkan diri dll. Motif ini timbul karena ada rangsangan dari luar.
c.
Motif-motif objektif.
Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan
manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini timbul karena dorongan untuk
menghadapi dunia luar secara efektif.
3.
Motivasi jasmaniah
dan rohaniah.
Ada beberapa ahli yang menggolongkan
jenis motivasi itu menjadi dua jenis, yakni motivasi jasmaniah dan motivasi
rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani misalnya : refleks, insting otomatis,
nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
4.
Motivasi intrinsik
dan ekstrinsik.
a.
Motivasi intrinsik.
Yang
dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif yang fungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh orang yang mempunyai hoby membaca,
tanpa ada yang menyuruh ia sudah rajin untuk membaca buku-buku untuk dibacanya.
b.
Motivasi ekstrinsik.
Motivasi
ekstrinsik adalah motif yang berfungsinya karena ada perangsang dari luar.
Sebagai contoh siswa yang belajar karena tahu bahwa besok akan menghadapi ujian
nasional.
F.
Bentuk-bentuk
Motivasi di Sekolah
Di
dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik sangatlah diperlukan. Dengan adanya motivasi, pelajar dapat
mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunandalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam
kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi
ekstrinsik kadang-kadang tepat dan kadang-kadang juga kurang tepat. Dalam hal
ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan
belajar bagi para anak didiknya. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi
tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.
Ada
beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di
sekolah.
1.
Memberi angka (nilai).Yakni sebagai
simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
2.
Hadiah.
3.
Saingan/kompetisi.
4.
Ego-involvement. Yakni menumbuhkan
kesadaran siswa akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga mau bekerja keras dengan mempertaruhkan harga dirinya.
5.
Memberi ulangan.
6.
Mengetahui hasil.
7.
Pujian.
8.
Hukuman.
9.
Hasrat untuk belajar.
10.
Minat.
11.
Tujuan yang diakui.[13]
BAB
III
KESIMPULAN
Pengorganisasian
merupakan tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orang yang satu dengan orang yang lain, menetapkan apa tugas-tugas yang harus
dikerjakan sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dalam suatu proses
penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap
altivitas.
Mengenai
motivasi yakni merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri ataupun dari
luar diri seseorang, yang mana dorongan tersebut menjadikan seseorang mempunyai
hasrat untuk melakukan suatu kagiatan.
Pengorganisasian
dan motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan,
apalagi dalam lembaga pendidikan. Dimana dengan adanya pengorganisasian
dan motivasi yang baik, tentulah akan
menentukan hasil yang baik pula. Suatu lembaga yang kurang memperhatikan dalam
hal pengorganisasian dan motivasi maka tidak akan visi dan misinya tidak akan
tercapai secara optimal. Disinilah bukti dari pentingnya pengorganisasian dan
motivasi dalam berbagai aspek kehidupan.
DAFTAR
PUSTAKA
Etzioni,
A., Organisasi-organisasi Modern, (Jakarta: UI-Press, 1985)
Gibson,J.,L.,
Ivanevich, J.M. dan Donnely, J.,H. Organisasi dan Manajemen, Terjemahan
oleh Djoerban Wahid, (Jakarta: Erlangga, 1996)
Hasibuan,
M., Organisasi dan Motivasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996)
Hick, H.G. dan Gullet, C.R., Organization :
Theory and Behavior, (London : McGraw Hill International Book Company,
1975)
Robbins,
S.P., Teori Organisasi (Struktur, Desain dan Aplikasi), Edisi 3,
(Jakarta: Arcan, 1994)
Sagala,
H. S., Studi Keefektifan Organisasi Sekolah, (Malang: IKIP Malang, 2007)
___________,
Memahami Organisasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009)
Sardiman,A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012)
Siagian,
S.P., Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)
[1] Etzioni, A., Organisasi-organisasi
Modern, (Jakarta: UI-Press, 1985) hlm. 29.
[2] Ibid., hlm. 3.
[3] Ibid.,
[4] Gibson,J.,L.,
Ivanevich, J.M. dan Donnely, J.,H. Organisasi dan Manajemen, Terjemahan
oleh Djoerban Wahid, (Jakarta: Erlangga, 1996), hlm. 70.
[5] Robbins, S.P., Teori
Organisasi (Struktur, Desain dan Aplikasi), Edisi 3, (Jakarta: Arcan,
1994), hlm.4.
[6] Siagian, S.P., Sistem
Informasi Manajemen, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005)
[7] Sagala, H. S., Studi
Keefektifan Organisasi Sekolah, (Malang: IKIP Malang, 2007), hlm. 51.
[8] Syaiful, Sagala, Memahami Organisasi
Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 237-247.
[9] Hick, H.G. dan Gullet, C.R., Organization
: Theory and Behavior, (London : McGraw Hill International Book Company,
1975), hlm. 63.
[10] Hasibuan, M., Organisasi dan Motivasi, (Jakarta
: Bumi Aksara, 1996), hlm. 23.
[11] Sardiman,A.M., Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012) hlm.73.
[12] Ibid., hlm. 84.
[13] Ibid., hlm. 95.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar