Kamis, 31 Januari 2013

Pengorganisasian dan Motivasi


PENGORGANISASIAN DAN MOTIVASI
MAKALAH

Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Manajemen Mutu Pendidikan Agama Islam
Pada Tanggal ...........................

Oleh :
NAMA

N P M
MASTUR
:
122201 0051
M. SHOLIHIN
:
122201 0051
SHOLIHUL MU’MININ
:
122201 0051
MARIA DASIPA
:
122201 0051



Dosen Pembimbing
Dr. Siti Fatimah, M.Pd.

IAIN Raden Itan2.jpg









PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
2012


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji syukur  kami panjatkan kehadirat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Pendidikan Agama Islam yang membahas mengenai pengorganisasian dan motivasi.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa kita harapkan syafaatnya min yaumin hadza ilaa yaumil qiyamah amin.
Makalah ini disusun sebagai tugas kolompok pada mata kuliah Manajemen Pendidikan Agama Islam, Mahasiswa program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan.


Bandar Lampung, 30 November 2012
Penyusun,








DAFTAR ISI


Halaman Sampul.................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I Latar Belakang ............................................................................................. 1
BAB II Pembahasan................................................................................................. 2
A.      Pengertian Organisasi................................................................................... 2
B.      Desain Organisasi Pendidikan...................................................................... 4
1.       Pengertian Desain Organisasi Pendidikan............................................... 4
2.       Model Desain Organisasi Pendidikan Efektif, Unggul dan Berhasil...... 8
3.       Pengorganisasian..................................................................................... 6
C.     Pengertian Motivasi....................................................................................... 7
D.     Fungsi Motivasi dalam Belajar...................................................................... 7
E.      Macam-macam Motivasi.............................................................................. 8
F.      Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah.............................................................. 10
BAB III Kesimpulan............................................................................................... 11
Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN


A.       Latar  Belakang Masalah
Berbicara mengenai pengorganisasian tentunya sudah tidak asing lagi ditelinga kita, karena dalam segala bidang kita sering mendengar istilah pengorganisasian. Dimana perngorganisasian merupakan suatu kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam mencapai tujuan bersama.
Begitu halnya dengan kata motivasi yang memang sudah berulang kali kita dengar kata tersebut dalam berbagai sisi kehidupan. Dimana motivasi merupakan sebuah dorongan yang timbul sehingga seseorang mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu.
Kedua komponen tersebut tentunya mempunyai keterkaitan yang erat, karena dalam sebuah lembaga akan baik apabila telah tercipta pengororganisasian dan motivasi yang baik. Dengan adanya kedua komponen tersebut tentunya sebuah lembaga akan lebih mudah dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah disusun bersama.
Kendati demikian, dewasa ini banyak lembaga-lembaga terutama lembaga pendidikan yang mempunyai mutu pendidikan yang kurang baik, sehingga kenyataan yang ada tidak selaras dengan visi, misi dan tujuan yang telah direncanakan. Sudah barang tentu hal ini terjadi karena kurang baiknya pengorganisasian dan motivasi di dalam lembaga pendidikan tersebut. Melihat fenomena tersebut, kami tertarik untuk mengungkap pentingya pengorganisasian dan motivasi yang disusun dan direalisasikan dengan baik.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami mengajukan rumusan masalah dalam makalah ini yakni sebagai berikut :
1.       Apakah sebuah lembaga perlu adanya pengorganisasian dan motivasi ?
2.       Seberapa penting pengorganisasian dan motivasi dalam sebuah lembaga ?
BAB II
PEMBAHASAN
PENGORGANISASIAN DAN MOTIVASI

A.       Pengertian Organisasi
Organisasi adalah institusi atau wadah tempat orang berinteraksi dan bekerjasama sebagai suatu unit yang terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang atau lebih yang berfungsi mencapai satu sasaran atau serangkaian sasaran. Organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian kerja yang akan dilakukan, pembatasan tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggungjawab, dan penetapan hubungan diantara elemen organisasi. Jadi, organisasi dalam arti dinamis lebih cenderung disebut organisasi sebagai suatu wadah. Karena organisasi terdapat sekumpuan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerjasama. Melalui organisasi memungkinkan masyarakat meraih hasil atau mengejar tujuan yang sebelumnya tidak bisa dicapai oleh individu-individu secara sendiri-sendiri.
Dengan demikian, orang-orang yang tergabung dalam organisasi dapat bekerjasama untuk merealisasikan tujuan bersama secara efisien dan efektif. Berbagai usaha ditempuh untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, hal ini menurut Etzioni melahirkan teori klasik administrasi dalam pendekatan organisasi disebut sebagai aliran manajemen ilmiah (scientific management), ditandai pembagian kerja yang tegas dengan tenaga-tenaga yang memiliki kecakapan, keterampilan khusus, dan hierarki wewenang yang khas melaksanakan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab organisasi.[1]
Ciri-ciri organisasi menurut Etzioni adalah (1) adanya pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan, dan tanggung jawab komunikasi merupakan bentuk-bentuk pembagian yang tidak dipolakan begitu saja atau disusun menurut cara-cara tradisional, melainkan sengaja dirancanakan untuk dapat lebih meningkatkan usaha mewujudkan tujuan tertentu; (2) adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan berfungsi mengawasi pengendalian usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi mencapai tujuannya, pusat kekuasaan secara kontinu mengkaji sejauhmana hasil yang telah dicapai organisasi, dan apabila diperlukan menyusun pola-pola baru guna meningkatkan efisiensi; dan (3) penggantian tenaga, dimana tenaga yang dianggap tidak bekerja sebagaimana diharapkan, dapat diganti oleh tenaga lain, dan organisasi dapat mengkombinasikan anggotanya melalui proses pengalihan maupun promosi. Ciri-ciri ini berlaku bagi organisasi pendidikan baik pada pemerintah, pemerintah daerah, dan satuan pendidikan.[2]

Berikut ini merupakan pendapat para ahli mengenai organisasi :
1.       Organisasi oleh Etzioni sebagai suatu kesatuan sosial atau pengelompokan manusia yang dibentuk secara sengaja dan adanya ikatan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan unit sosial untuk pengelompokan manusia yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali (desain) dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu.[3]
2.       Organisasi oleh Gibson dan Donnely adalah institusi yang memberi nafas pada kehidupan struktur organisasi dan memungkinkan masyarakat mengejar tujuan yang tidak bisa dicapai oleh individu-individu secara sendiri-sendiri.[4]
3.       Organisasi menurut Robbins kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasi secara sadar dengan sebuag batasan yang relatif dapat diidentifikasi, tersusun atas dua orang atau lebih, berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama atau kelompok tujuan.[5]
4.       Organisasi menurut Sondang P. Siagian adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hierarkhi dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok yang disebut pimpinan dan seorang atau kelompok yangdisebut bawahan .[6]

Pendapat para ahli tersebut menunjukkan bahwa organisasi adalah hubungan struktural yang mengikat  dan kerangka dasar tempat individu-individu dikoordinasi yang di dalamnya dilakukan pembagian kerja, karena adanya bidang kerja yang harus diselesaikan dan adanya orang-orang yang wajib menunaikan tugas tertentu. Batasan relatif dapat diidentifikasi untuk membedakan anggota dengan yang bukan anggota dalam organisasi. Pandangan tersebut memberi makna bahwa organisasi sebagai suatu wadah berinteraksi dan bekerjasama yaitu tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan orang-orang dalam mencapai tujuan yang di dalamnya terdapat hierarkhi kedudukan, jabatan, saluran wewenang, dan tanggung jawab masing-masing anggotanya. 

B.       Desain Organisasi Pendidikan
1.       Pengertian Desain Organisasi Pendidikan
Desain organisasi (organisasi design) adalah struktur spesifik yang dihasilkan dari keputusan dan tindakan manajer, juga proses dimana manajer memilih diantara kerangka alternatif pekerjaan dan departemen.[7]
Mengacu kepada pengertian desain organisasi yang telah diuraikan, maka dapat ditegaskan bahwa desain organisasi pendidikan adalah mempersiapkan suatu sketsa atau rencana yang menggambarkan outline atau kerangka siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggungjawab terhadap siapa dalam suatu organisasi yang dinamis. Penting diperhatikan bahwa desentralisasi dan pemberdayaan manajemen pendidikan khususnya pada tingkat satuan pendidikan menjdi perhatian penting dalam menyusun desain organisasi pendidikan untuk mencapai mutu yang diharapkan.
2.       Model Desain Organisasi Pendidikan yang Efektif, Unggul dan Berhasil
·      Desain Organisasi untuk Memberdayakan Satuan Pendidikan
Organisasi dapat ditinjau dari dua segi, (1) sebagai wadah yang relatif statis, dimana kegiatan-kegiatan administrasi dijalankan; dan (2) sebagai rangkaian hierarkhi atau proses yang relatif bersifat dinamis. Dalam hal organisasi pendidikan di Provinsi dan Kabupaten/Kota secara empirik penelitian Sagala (2003) menunjukkan bahwa peran provinsi, kabupaten/Kota dan sekolah dalam hubungan vertikal maupun horizontal menunjukkan birokrasi yang rumit dan kompleks pada semua tingkat istitusi. Dalam menggerakkan manajemen, mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan menghasilkan formulasi proses tiga lapis melibatkan (1) para perencana pada tingkat pemerintah daerah (corporate); para pelaksana dinas pendidikan (bisnis); dan (2) para pejabat fungsional yaitu pengawas sekolah atau guru.
Bertitiktolak pada analisis domain teoritik model organisasi sekolah seperti yang diungkapkan Sergiovanni (1997) yaitu model efektif, unggul dan berhasil. Maka organisasi pendidikan pada pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, dan pada level sekolah pada pembahasan ini dapat dikategorikan pada tiga kategori yaitu (1) kategori rutin seperti yang telah berlangsung selama ini yaitu berorientasi aturan dan program dilaksanakan berdasarkan anggaran yang tersedia; (2) kategori efektif, sesuai prinsip desentralisasi, yaitu organisasi dapat ditingkatkan menjadi organisasi yang efektif yaitu berorientasi visi dan misi, dimana program dan kegiatan dilaksanakan berdasarkan pencapaian pada tujuan, sasaran, visi dan misi yang ditegakkan; (3) kategori unggul dan sukses, jika organisasi pendidikan telah memenuhi kategori efektif, dapat ditingkatkan menjadi organisasi yang unggul dan sukses, yaitu memperhatikan kompetitor dan menjadikan program dan kegiatan organisasi ini lebih unggul dari lainnya dan mampu memenangkan persaingan.
1.         Desain organisasi kategori rutin
Mekanisme kerja model organisasi kategori rutin, pada organisasi tersebut menunjukkan semua personel organisasi pendidikan yang menduduki jabatan struktural, jabatan proyek, staf tata usaha, dan tenaga fungsional melaksanakan kegiatan atas aturan dan perintah atasan masing-masing. Melaksanakan program kerja sesuai anggaran pendidikan yang sudah ditetapkan dalam APBD kabupaten/kota, APBD provinsi, APBN, maupun suber lainnya yang menjadi program pemerintah daerah yang bersangkutan. Model ini tidak terlalu ketat terhadap visi, misi, tujuan dan target, tetapi semua personel melaksanakan pekerjaa yang diperintahkan dan pekerjaan tersebut dapat diselesaikan sesuai waktu dan aturan yang telah ditentukan.
2.         Desain organisasi kategori efektif.
Desain organisasi kategori efektif berbeda dengan desain organisasi kategori rutin. Secara teoritik sekolah yang efektif didefinisikan para siswanya mencapai hasil belajar yang baik, dibuktikan oleh angka hasil tes yang standar dalam bidang kecakapan dasar. Secara tipikal keefektifan sekolah menunjukkan pemberdayaan organisasi dan lembaga sesuai aspirasi dan kebutuhan lembaga yang bersangkutan. Sekolah yang efektif diidentifikasikan bahwa sekolah itu menunjukkan prilaku kepemimpinan yang mendukung profesional guru, menyusun rencana sekolah secara parsitipatif mengikutsertakan dewan pendidik dan perwakilan masyarakat. Wujudnya tampak pada pelaksanaan program dan kegiatan yang mengacu pada visi dan misi sekolah, mengelola dengan baik manajemen pengajaran, metode dan prilaku mengajar yang menarik dan menyenangkan, menerapkan kurikulum yang tepat dan sikap guru yang profesional.
3.         Desain organisasi kategori unggul.
Organisasi sekolah kategori unggul dikategorikan terdapat standar akademik yangtinggi untuk semua mata pelajaran dimana para siswa mampu berpencapaian sampai pada standar yang ditentukan, dibuktikan dengan hasil tes dengan prosedur bereferensi atau tes yang sesuai. Sekolah unggul merupakan budaya dan bagian dari gerakan politik berlingkup negar, didorong desakan kebutuhan untuk merespon permintaan pasar. Persaingan ketat merupakan dasar melakukan proses yang memberi arah keunggulan organisasi, sasaran dan konsepnya jelas diperlukan untuk membuat persaingan lebih sehat dan adil. Keunggulan lebih kualitatif menunjukkan setiap persoalan tidak hanya dipenuhi atau dilampaui tetapi disertai derajat pengakuan yang tinggi, waktu dan gaya yang membedakan susunan organisasi dan struktural yang berhasil mencapai tujuan.
4.         Organisasi kategori yang berhasil.
Organisasi sekolah ketegori berhasil diidentifikasikan memiliki komitmen yang kuat terhadap tujuan dan siswanya dapat mendemonstrasikan kemampuan intelektualnya melalui tes yang standar. Memiliki moral dan etika yang tinggi, memiliki rasa dan estetika, memiliki kestabilan emosi fisik, dan memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi. Sekolah yang berhasil lebih komprehensif dan luas.filosofinya adalah yang bertahan pada cita-cita, seluruh personel sekolah memiliki nilai kerja keras dan cinta akan profesi pendidikan, kekuatan nilai intrinsik, memiliki nilai akademik yang baik, memiliki nilai intelektual, rasa demokratis, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan visioner, tanggungjawab kemasyarakatan, dan menerima pembaharuan. Manajemen sumber daya manusia modern memiliki kepedulian terhadap interaksi struktur organisasi behubungan secara simultan dengan proses interaksi anggotanya.[8]

3.       Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen sebagai suatu proses yang dinamis. Konsep pengorganisasian menurut Hick dan Gullet berdasarkan birokrasi dan komponen lainnya.[9] Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengorganisasian diantaranya, pengorganisasian merupakan suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yangdiperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas tersebut.[10] Perngorganisasian merupakan kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam mencapai tujuan bersama.

Pandangan tersebut memberikan makna bahwa pengorganisasian merupakan suatu kegiatan mengatur, mengerahkan dan mengarahkan yang direalisasikan dalam suatu mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada lembaga.
C.       Pengertian Motivasi
Berbagai macam pengertian motivasi yang diungkapkan oleh para ahli, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Misalnya “apa motifnya si Budi itu membuat kekacauan/apa motifnya si Anto rajin belajar.”
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu.[11] Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif juga bisa dikatakan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang masih aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
D.       Fungsi Motivasi dalam Belajar
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan dengnan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan.
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, maka akan semakin berhasil pula pembelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi sangat bertalian dengan tujuan. Sebagagi contoh siswa termotivasi untuk belajar giat karena siswa menghendaki dirinya menjadi siswa yang pandai. Dengan demikian, motivasi sangat mempengaruhi adanya kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi :
1.     Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.     Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.     Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaar bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuannya.[12]
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yangbaik pula. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanyamotivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
E.        Macam-macam Motivasi
    Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif sangatlah bervariasi.
1.     Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
a.       Motif-motif bawaan.
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh  misalnya : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk istirahat. Motif ini yang disyaratkan secara biologis (Physiological drivers).
b.       Motif-motif yang dipelajari.
Maksudnya motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contohnya misalnya : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu oengetahuan, dorongan untuk mengajarkan sesuatu dimasyarakat. Motif ini seringa kali disebut motif yang disyaratkan secara sosial (Affiliative needs).
2.     Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis.
a.       Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya dorongan untuk makan dan minum seperti halnya yang telah disinggung diatas.
b.       Motif-motif darurat. Yang termasuk kedalam jenis motif ini antara lain : dorongan untuk menyelamatkan diri dll. Motif ini timbul karena ada rangsangan dari luar.
c.       Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif.
3.     Motivasi jasmaniah dan rohaniah.
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis, yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani misalnya : refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
4.     Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
a.       Motivasi intrinsik.
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh orang yang mempunyai hoby membaca, tanpa ada yang menyuruh ia sudah rajin untuk membaca buku-buku untuk dibacanya.
b.       Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif yang berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Sebagai contoh siswa yang belajar karena tahu bahwa besok akan menghadapi ujian nasional.
F.        Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Di dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangatlah diperlukan. Dengan adanya motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunandalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi  adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat dan kadang-kadang juga kurang tepat. Dalam hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar bagi para anak didiknya. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.
1.       Memberi angka (nilai).Yakni sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
2.       Hadiah.
3.       Saingan/kompetisi.
4.       Ego-involvement. Yakni menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga mau bekerja keras dengan mempertaruhkan harga dirinya.
5.       Memberi ulangan.
6.       Mengetahui hasil.
7.       Pujian.
8.       Hukuman.
9.       Hasrat untuk belajar.
10.   Minat.
11.   Tujuan yang diakui.[13]

BAB III
KESIMPULAN

Pengorganisasian merupakan tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang yang satu dengan orang yang lain, menetapkan apa tugas-tugas yang harus dikerjakan sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dalam suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap altivitas.
Mengenai motivasi yakni merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri ataupun dari luar diri seseorang, yang mana dorongan tersebut menjadikan seseorang mempunyai hasrat untuk melakukan suatu kagiatan.
Pengorganisasian dan motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, apalagi dalam lembaga pendidikan. Dimana dengan adanya pengorganisasian dan  motivasi yang baik, tentulah akan menentukan hasil yang baik pula. Suatu lembaga yang kurang memperhatikan dalam hal pengorganisasian dan motivasi maka tidak akan visi dan misinya tidak akan tercapai secara optimal. Disinilah bukti dari pentingnya pengorganisasian dan motivasi dalam berbagai aspek kehidupan.







DAFTAR PUSTAKA

Etzioni, A., Organisasi-organisasi Modern, (Jakarta: UI-Press, 1985)
Gibson,J.,L., Ivanevich, J.M. dan Donnely, J.,H. Organisasi dan Manajemen, Terjemahan oleh Djoerban Wahid, (Jakarta: Erlangga, 1996)

Hasibuan, M., Organisasi dan Motivasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996)
Hick, H.G. dan Gullet, C.R., Organization : Theory and Behavior, (London : McGraw Hill International Book Company, 1975)
Robbins, S.P., Teori Organisasi (Struktur, Desain dan Aplikasi), Edisi 3, (Jakarta: Arcan, 1994)

Sagala, H. S., Studi Keefektifan Organisasi Sekolah, (Malang: IKIP Malang, 2007)
___________, Memahami Organisasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009)
Sardiman,A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012)
Siagian, S.P., Sistem Informasi Manajemen,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)





[1] Etzioni, A., Organisasi-organisasi Modern, (Jakarta: UI-Press, 1985) hlm. 29.
[2] Ibid., hlm. 3.
[3] Ibid.,
[4] Gibson,J.,L., Ivanevich, J.M. dan Donnely, J.,H. Organisasi dan Manajemen, Terjemahan oleh Djoerban Wahid, (Jakarta: Erlangga, 1996), hlm. 70.
[5] Robbins, S.P., Teori Organisasi (Struktur, Desain dan Aplikasi), Edisi 3, (Jakarta: Arcan, 1994), hlm.4.
[6] Siagian, S.P., Sistem Informasi Manajemen,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)
[7] Sagala, H. S., Studi Keefektifan Organisasi Sekolah, (Malang: IKIP Malang, 2007), hlm. 51.
[8]  Syaiful, Sagala, Memahami Organisasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 237-247.
[9]  Hick, H.G. dan Gullet, C.R., Organization : Theory and Behavior, (London : McGraw Hill International Book Company, 1975), hlm. 63.
[10]    Hasibuan, M., Organisasi dan Motivasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 23.
[11]  Sardiman,A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012) hlm.73.
[12]  Ibid., hlm. 84.
[13]  Ibid., hlm. 95.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar